We use affiliate links. If you purchase something using one of these links, we may receive compensation or commission.
Ada waktunya era karantina berakhir, cerita mulai digantikan oleh era kenormalan baru. Namun, tidak semua orang menyukai dengan adanya perubahan, bagaimana kita bisa selamat?
Kenormalan baru adalah, mulai dengan pertanyaan di hati, kapankah kondisi ini akan berakhir ?, akankah orang mulai berhenti, untuk tidak lagi menggunakan atribut starter kenormalan baru, atau bahkan nantinya akan berubah menjadi satu kebiasan baru, sertelah pandemi ini berakhir?.
Kenormalan Baru Dimulai Dengan Rapid Test
Di Agustus 2020 awal bulan ini, Perusahaan kami memberikan kebijaksanaan, untuk mengadakan test rapid kepada seluruh pegawainya, untuk memastikan agar kami semua, tidak menjadi pembawa dan mejadi pencetus, terjangkitnya wabah di area tempat kerja.
Tidak sedikit yang akan di test, mengalami kekhawatiran bila ternyata terbukti hasilnya reaktif, untungnya sebelum kita di test, diberikan penyuluhan terlebih dahulu oleh dokter, yang menangani kami agar tidak khawatir secara berlebihan, diberikan penjelasan bahwa test rapid, bukanlah vonis orang langsung positif terjangkit covid-19, melainkan untuk memisahkan orang yang sehat, dengan orang yang mungkin memiliki kemungkinan bisa terjangkit virus.
Namun hal itu masih harus di uji lagi lebih dalam, yaitu dengan menggunakan test swab dan kemungkinan akan di karantina, bila dalam proses karantina, kemudian hasilnya menjadi negatif, maka dia akan di perbolehkan pulang.
Untungnya setelah menunggu dengan hati berdebar selama lima belas menit, semuanya pegawai ditempat kami dinyatakan non-reaktif, sehingga semua bisa kembali bernafas lega, bercanda dan bersengketa seperti biasanya.
” Sempat saya befikir, bila ternyata hasilnya dinyatakan reaktif, bagimana dengan nasib para landakku yang harus ditinggalkan ke tempat karantina dan sepertinya Tuhan tidak mengijikan aku sakit, agar bisa tetap merawat landak-landak manisku …”.
Kebutuhan starter kenormalan baru, seperti masker dan hand sanitizer masih bisa saya penuhi dan tidak ada kendala, karena jauh-jauh hari sebelum terjadinya pandemi, menggunakan masker dan hand sanitizer sudah menjadi kebiasaan sehari-hari, untuk menggunakan masker bila di luar rumah, selain untuk menghindari debu tidak sengaja tertelan saat berkendara, yang akibatnya cepat membuat radang tenggorokan, juga karena tidak semua pusat makanan, menyediakan tissu yang cukup saat makan. Jadi memakai masker dan membawa tissu, baik kering maupun basah sudah menjadi bawaan sejak lahir.
Hand sanitizer
Hand sanitizer merupakan barang termahal kedua, setelah masker medis, untungnya di masa kenormalan baru harga-harga mulai berjatuhan, berbeda ketika awal pandemi,dimana banyak ditemukan hand sanitizer untuk umum hilang dari tempatnya.
Karena semakin melimpahnya stock dipasaran, maka kebutuhan hand sanitzer, sekarang bisa dengan mudah diproleh. Meskipun dianjurkan sering menggunakan hand sanitizer, tapi jangan lupa untuk mengoleskan pelembab lagi, ini untuk mejaga tangan agar tidak cepat kering, yang nantinya malah bisa menimbulkan masalah baru.
Masker Kain
Karena masih mahalnya masker medis, akhirnya banyak yang beralih ke masker kain. Saya lebih menyukai menggunakan masker kain, meskipun dibilang tidak bisa melindungi diri dari penyebaran virus, namun tetap harus diganti setiap empat jam, untuk menghindari bakteri menempel lebih lama di masker.
Jadi sehari disarankan untuk membawa sepasang masker untuk dibawa kerja dan satu buah lagi untuk kebutuhan darurat (karetnya putus atau basah).
Face shield
Memakai faceshield sekarang berubah menjadi barang wajib, di tempat kerja, terutama saat bertemu atau berbicara dengan orang lain. Protokol kesehatan memang dijalankan dengan serius, mencuci tangan sebelum masuk kantor, mengukur suhu tubuh sudah menjadi harga mati dalam kenormalan baru, maka bila tidak lolos dari syarat tersebut, dengan senang hati Anda akan di lempar keluar gedung.
Makan bersama (Tiap Hari Jumat) di Era Kenormalan
Setiap hari jumat dikantor kami menyediakan acara makan siang bersama, ini menjadi hari yang ditunggu-tunggu dengan senang hati, kami akan menantikan menu apa yang akan hadir setiap jumat, salah satu keberuntungan di kenormalan baru.
Biasanya makanan yang disajikan dalam bentuk prasmanan, semuanya mengambil sendiri berdasarkan kebutuhan dan lebar piring nasinya, sehingga yang mendapat antrian makan terakhir cuma dapat nasi sesendok dan kuah sayur.
Tapi bersyukur dimasa kenormalan baru ini, makan bersama tidak lagi dibagikan secara presmanan, melainkan memesan nasi kotak di warung nasi setempat. akhirnya keadilan sosial bagi masyarakat kembali tercipta, yang makannya suka rakus dan yang tidak doyan makan, porsinya makannya akan bakal sama.
Akhir cerita, kenormalan baru memang sedikit berat, bagi yang tidak mau berubah atau beradaptasi, baik untuk kesehatan sendiri maupun orang lain. di luar pro dan kontra mengenai penyebab wabah ini, lebih baik kita menjaga orang lain, dengan cara menjaga diri, menjaga jarak dan tetap menngunkan cara online, untuk bisa tetap berkomunikasi.
Salam